Jurusan Kuliah Saintek vs. Soshum, Mana yang Lebih Dibutuhkan di Masa Depan?
- Freepik
Lifestyle – Di era kecerdasan buatan (AI) yang kian mendominasi hampir semua sektor industri, pertanyaan besar yang sering muncul di benak calon mahasiswa dan orang tua adalah: lebih menjanjikan mana, jurusan Saintek atau Soshum? Mana yang memberi peluang karier lebih luas dan potensi gaji yang lebih tinggi di masa depan?
Pertanyaan ini makin relevan ketika dunia kerja mengalami transformasi digital besar-besaran. Perusahaan kini mencari talenta yang tidak hanya punya hard skill teknis, tapi juga mampu beradaptasi dengan teknologi dan berpikir strategis. Yuk, kita kupas lebih dalam perbandingan peluang kerja dan potensi gaji dari kedua rumpun ini!
Rumpun Saintek
Rumpun Sains dan Teknologi (Saintek) dikenal memiliki jurusan-jurusan yang sangat diminati di era digital, seperti teknik informatika, data science, teknik elektro, hingga kedokteran. Lulusan jurusan ini banyak dilirik oleh perusahaan teknologi, startup, manufaktur, dan lembaga riset yang membutuhkan tenaga kerja berbasis digital.
Menurut data World Economic Forum 2024, profesi seperti AI Specialist, Data Analyst, Cybersecurity Analyst, dan Software Engineer termasuk dalam daftar pekerjaan dengan pertumbuhan tertinggi hingga 2030. Dari sisi penghasilan, profesi lulusan Saintek pun cukup menjanjikan.
Seorang AI Engineer misalnya, bisa mendapatkan gaji antara Rp15 juta hingga Rp30 juta per bulan, sementara Data Scientist dan Software Developer juga memiliki potensi gaji dua digit, tergantung pengalaman dan tanggung jawab pekerjaan. Gaji Data Scientist berkisar Rp10 juta sampai Rp25 juta per bulan sementara penghasilan Software Developer berkirsar Rp 8 juta hingga Rp20 juta per bulan.
Dengan tingginya permintaan pasar dan proyeksi pertumbuhan karier yang stabil, Saintek masih menjadi primadona bagi mereka yang ingin meraih cuan besar di era AI.
Jurusan Soshum
Meski tidak identik dengan teknologi, jurusan rumpun Sosial dan Humaniora (Soshum) tetap punya peran vital dalam lanskap kerja masa kini. Jurusan seperti psikologi, ilmu komunikasi, manajemen, hukum, hingga hubungan internasional dibutuhkan untuk menjembatani aspek humanis di tengah kemajuan AI.
Di era kolaborasi antara manusia dan mesin, lulusan Soshum diperlukan untuk membentuk strategi komunikasi, menganalisis perilaku konsumen, hingga merancang kebijakan publik yang inklusif terhadap teknologi. Banyak posisi kerja baru yang membutuhkan perspektif Soshum, seperti digital marketing strategist, UX researcher, legal tech consultant, hingga organizational psychologist.
Gaji bulanan untuk profesi-profesi ini juga tidak kalah kompetitif, khususnya level menengah dan senior. Misalnya Digital Marketer memiliki upah sekitar Rp8 juta – Rp18 juta, UX Researcher mencapai Rp10 juta – Rp22 juta, Manajer SDM atau Organizational Development sebesar Rp12 juta – Rp25 juta dan Konsultan Bisnis atau Strategi mencapai Rp15 juta – Rp30 juta.
Dengan kata lain, lulusan Soshum yang mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi tetap punya ruang luas untuk tumbuh dan berkontribusi di dunia kerja.
Pilih Berdasarkan Skill Relevan
Di tengah cepatnya perubahan industri, fokus utama bukan sekadar pada jurusan, melainkan pada keterampilan yang dimiliki. Baik lulusan Saintek maupun Soshum perlu memiliki kemampuan seperti problem solving, berpikir analitis, literasi digital, serta komunikasi yang efektif. Lulusan Soshum yang piawai menggunakan AI tools atau lulusan Saintek yang mampu berpikir strategis dan komunikatif akan memiliki keunggulan kompetitif yang besar.
Era AI tidak melulu soal penguasaan teknologi, tapi juga bagaimana manusia bisa bekerja berdampingan dengan mesin secara cerdas dan produktif. Kemampuan untuk belajar lintas bidang akan menjadi kunci keberhasilan di masa depan.
Di era AI, jurusan Saintek memang menawarkan peluang besar dari sisi teknis dan penghasilan tinggi. Namun jurusan Soshum tetap relevan karena mengisi kebutuhan akan pemikiran kritis, strategi komunikasi, dan pemahaman sosial yang tidak bisa digantikan oleh mesin.
Keduanya punya potensi cuan masing-masing, tergantung bagaimana kamu mengembangkan diri. Pilih jurusan bukan hanya karena tren, tapi karena passion, kesiapan belajar, dan fleksibilitas menghadapi masa depan.