Tips Jitu Membujuk Anak Betah di Sekolah Setelah Libur Panjang

Ilustrasi tempat penitipan anak
Sumber :
  • Freepik

LifestyleLibur panjang sering kali membuat anak sulit kembali ke rutinitas sekolah. Perubahan dari suasana santai ke jadwal terstruktur dapat memicu kecemasan, kemalasan, atau bahkan penolakan untuk kembali ke kelas. 

7 Kebiasaan Pagi yang Bikin Susah Kaya dan Sukses, Sering Dianggap Sepele! Ini Kata Psikologi

Berdasarkan penelitian dari Journal of Child Psychology (2023), transisi pasca-libur dapat memengaruhi motivasi belajar anak, terutama pada usia 6–12 tahun. Di Indonesia, di mana libur sekolah sering berlangsung selama 2–4 minggu, orang tua perlu strategi efektif untuk membantu anak menyesuaikan diri. 

Berikut ini adalah tips jitu untuk membujuk anak betah di sekolah setelah libur panjang.

1. Ciptakan Transisi Bertahap Sebelum Sekolah Dimulai

Anak Kolokan dan Susah Ditinggal di Sekolah? Moms Wajib Tahu, Begini Cara Bijak Menghadapinya!

Untuk mengurangi kejutan akibat perubahan rutinitas, mulailah menyesuaikan jadwal anak beberapa hari sebelum sekolah dimulai. Menurut psikolog anak Dr. Lisa Holloway transisi bertahap membantu anak beradaptasi tanpa merasa tertekan. Mulai dengan mengatur ulang jam tidur dan bangun sesuai jadwal sekolah, misalnya bangun pukul 06.00 WIB dan tidur pukul 21.00 WIB. 

Selama 3–5 hari sebelum sekolah, kurangi waktu bermain gadget dan ajak anak melakukan aktivitas yang menyerupai rutinitas sekolah, seperti membaca buku atau mengerjakan soal ringan. Misalnya, orang tua di Jakarta dapat mengajak anak mengunjungi perpustakaan umum di Monas untuk membangkitkan minat belajar sambil tetap menyenangkan.

2. Dengarkan dan Validasi Perasaan Anak

5 Kalimat Jujur Anak yang Sering Bikin Orang Tua Kena Mental

Anak sering merasa cemas atau enggan kembali ke sekolah karena khawatir akan tugas, teman, atau guru. Pendekatan berbasis empati dapat membantu. Ajak anak berbicara tentang perasaan mereka tanpa menghakimi. 

Misalnya, tanyakan, “Apa yang membuat kamu khawatir tentang sekolah?” atau “Apa yang paling kamu sukai dari kelas?” Validasi emosi mereka dengan pernyataan seperti, “Wajar kalau kamu merasa sedikit takut, tapi kita akan hadapi ini bersama.” 

Penelitian dari Child Development Journal (2022) menunjukkan bahwa anak yang merasa didengar cenderung lebih kooperatif. Orang tua juga dapat berbagi cerita positif tentang pengalaman sekolah mereka sendiri untuk membangun koneksi emosional dan motivasi.

3. Buat Sekolah Terasa Menyenangkan

Mengaitkan sekolah dengan pengalaman positif dapat meningkatkan antusiasme anak. Orang tua dapat mempersiapkan perlengkapan sekolah yang menarik, seperti tas atau alat tulis dengan desain karakter favorit anak, yang tersedia di toko-toko seperti Gramedia dengan harga mulai Rp50.000. Menurut psikolog pendidikan Indonesia, Dr. Rina Indiastuti (2024), asosiasi positif dengan sekolah meningkatkan motivasi belajar hingga 30%.

Selain itu, ciptakan rutinitas kecil yang menyenangkan, seperti sarapan bersama dengan menu favorit anak sebelum berangkat. Untuk anak usia SD, orang tua dapat mengadakan “hari spesial” di minggu pertama sekolah, seperti mengunjungi taman bermain di Ancol setelah pulang sekolah sebagai hadiah. 

4. Libatkan Anak dalam Perencanaan

Melibatkan anak dalam persiapan sekolah memberikan rasa memiliki terhadap rutinitas mereka. Ajak anak memilih jadwal kegiatan ekstrakurikuler, seperti klub olahraga atau seni, yang banyak ditawarkan di sekolah-sekolah Jakarta, seperti SDN Menteng 01 atau SMPN 1 Jakarta. Biarkan mereka membantu menyiapkan seragam atau menata meja belajar. 

Menurut studi dari Journal of Educational Psychology (2023), anak yang dilibatkan dalam perencanaan merasa lebih bertanggung jawab dan termotivasi. Orang tua juga dapat membuat “papan tujuan” sederhana bersama anak, mencatat target kecil seperti “membaca satu bab buku pelajaran” atau “berteman dengan satu teman baru” untuk membangun semangat.

5. Jalin Komunikasi dengan Guru dan Sekolah

Komunikasi yang baik dengan guru membantu orang tua memahami dinamika kelas dan mendukung anak secara efektif. Hubungi wali kelas sebelum sekolah dimulai untuk mengetahui perubahan kurikulum atau kegiatan di minggu pertama. Di Jakarta, banyak sekolah menggunakan aplikasi seperti Siakad atau grup WhatsApp untuk komunikasi orang tua-guru. 

Menurut data Kementerian Pendidikan (2024), sekolah yang melibatkan orang tua dalam transisi pasca-libur memiliki tingkat kehadiran siswa 15% lebih tinggi. Orang tua juga dapat meminta saran guru tentang cara mendukung anak, misalnya dengan mendorong keikutsertaan dalam kegiatan ice-breaking di sekolah untuk membantu anak bersosialisasi.

6. Atasi Kecemasan dengan Aktivitas Positif

Kecemasan anak sering muncul karena tekanan akademik atau sosial. Untuk mengatasinya, ajak anak melakukan aktivitas relaksasi seperti meditasi ringan atau permainan sederhana sebelum sekolah. Misalnya, latihan pernapasan selama 5 menit setiap pagi dapat menurunkan tingkat stres, seperti disarankan oleh psikolog anak Indonesia, Dr. Seto Mulyadi (2024). 

Selain itu, dorong anak untuk bergabung dengan komunitas sekolah, seperti pramuka atau klub musik, untuk membangun rasa percaya diri. Orang tua di Jakarta juga dapat memanfaatkan fasilitas umum seperti Taman Literasi Blok M untuk kegiatan edukatif yang menyenangkan, membantu anak kembali bersemangat.