Kenapa Rasanya Baru Tidur, Sudah Harus Kerja Lagi? Ini Penjelasan Psikologi di Baliknya
- Freepik
Lifestyle –Pernahkah kamu merasa baru membuka mata, minum kopi sebentar, lalu tiba‑tiba sudah harus bekerja lagi? Banyak pekerja merasakan hari terulang begitu cepat, seolah waktu hilang.
Rutinitas yang tak berujung membuat kamu hanya menjalani bangun‑kerja‑tidur, lalu ulang lagi keesokan harinya. Apakah ini tanda stres atau burn‑out, atau hanya bagian dari kehidupan modern? Mari kita telusuri penjelasan psikologis di balik fenomena ini.
Dalam psikologi, persepsi waktu (time perception) bukanlah ukuran objektif, melainkan konstruksi otak berdasarkan perhatian, emosi, dan ingatan.
Rutinitas yang monoton membuat otak tidak banyak menyimpan detail baru setiap hari. Sebab otak tidak merekam kejadian berulang sebagai memori unik, hari‑hari terasa melewati tanpa kesan ketika kita melihat ke belakang.
"Kita membentuk pengalaman tentang waktu di dalam pikiran kita, sehingga kita sebenarnya bisa mengubah elemen-elemen yang membuat kita merasa terganggu… berusaha menghentikan tahun-tahun yang terasa begitu cepat berlalu… dan lebih banyak hidup di masa kini…,” kata penulis buku Time Warped: Unlocking the Mysteries of Time Perception, Dr. Claudia Hammond.
Dengan kata lain, waktu bukan sekadar berjalan, tapi dibentuk oleh cara kita hidup.
Dampak Stres, Kurang Tidur, dan Burnout terhadap Persepsi Waktu
Stres kronis dan kelelahan menyebabkan otak bekerja dalam mode bertahan. Dalam kondisi ini, perhatian menuju kepada kebutuhan dasar, bukan pada hal yang bisa membentuk memori jangka panjang. Akibatnya hari terasa padat tanpa kita benar‑benar hadir di dalamnya.
Kurang tidur memengaruhi sistem pemrosesan kognitif dan hormon sehingga persepsi kita menjadi tumpul. Hal ini membuat hari kerja terasa membosankan dan cepat berlalu. Bila selain itu kamu mulai kehilangan motivasi, sulit memisahkan waktu kerja dan kehidupan pribadi, bisa jadi ini sinyal burnout.
Apakah Ini Normal atau Tanda Ada Masalah?
Tidak salah jika hari kerja terkadang terasa cepat itu wajar jika rutinitas dan pekerjaan menumpuk. Namun, bila tiap hari kamu tidak merasakan kepuasan, merasa selalu lelah, dan sulit menikmati momen sederhana, ini bisa menandakan bahwa keseimbangan hidup sedang terganggu. Batas antara produktivitas dan penyerahan diri harus dikenali agar tidak terjebak dalam rutinitas tanpa rasa.
Cara Agar Waktu Tidak Terasa “Hilang Begitu Saja”
1. Variasikan Rutinitas
Tambahkan hal kecil yang baru setiap hari. Bangun lewat jendela berbeda, dengarkan podcast baru, istirahat jalan kaki sebentar. Menurut Hammond, lebih banyak pengalaman baru membuat lebih banyak memori terbentuk dan dengan itu waktu terasa lebih panjang di memori kita.
2. Latih Mindfulness
Berlatih hadir penuh saat mengerjakan tugas dengan fokus pada detail, pernapasan, atau sensasi fisik. Mindfulness bisa memperlambat persepsi waktu dan membuatmu merasa benar‑benar menjalani hari.
3. Manajemen Tidur dan Istirahat
Usahakan tidur 7–8 jam setiap malam. Kualitas tidur penting agar otak dapat memproses dan menyimpan memori dengan baik. Jeda kerja pendek, seperti stretching atau istirahat mata juga membantu menyegarkan pikiran.
4. Batasi Beban Kerja Berlebihan
Tetapkan jam kerja yang jelas kapan mulai, kapan berhenti, kapan benar-benar istirahat. Hindari membawa pekerjaan pulang setiap hari. Memisahkan ruang kerja dan waktu keluarga membantu menyediakan jeda mental yang dibutuhkan.
Perasaan baru tidur sudah harus kerja lagi bukan hanya tentang jadwal yang padat. Ini soal bagaimana otak memproses setiap hari, ketika setiap hari terasa sama, kita kehilangan pengalaman yang bermakna.
Tapi dengan menambah variasi, memperhatikan kualitas tidur, merawat kesehatan mental, serta berlatih mindfulness, kamu bisa membentuk waktu sedemikian rupa sehingga hidup terasa lebih bermakna.
“Perjalanan waktu secara mental adalah salah satu anugerah terbesar dari pikiran. Hal itu membuat kita menjadi manusia, dan membuat kita Istimewa,” pengingat dari Hammond.
Mulailah membuat hari kerjamu lebih berkesan bukan hanya dilalui, tapi benar‑benar dijalani.