Apa Itu Sayur Babanci? Makanan Khas Betawi yang Hampir Punah

Sayur Babanci
Sumber :
  • Cookpad/wenny_must

Lifestyle –Jakarta menyimpan kekayaan kuliner yang mencerminkan akulturasi berbagai budaya, mulai dari Arab, Tionghoa, hingga Melayu. Salah satu hidangan tradisional yang kini hampir punah adalah Sayur Babanci, atau sering disebut Ketupat Babanci, sebuah makanan khas Betawi yang unik karena tidak mengandung sayuran meski dinamakan "sayur." 

Hidangan ini dikenal dengan kuah santan kental yang kaya rempah dan disajikan bersama ketupat serta daging sapi, menawarkan cita rasa gurih, pedas, dan asam yang khas. Namun, kelangkaan bahan baku dan rumitnya proses pembuatan membuat Sayur Babanci sulit ditemukan, bahkan di Jakarta.

Asal-Usul dan Makna Nama Sayur Babanci

Sayur Babanci memiliki sejarah yang kaya dengan pengaruh budaya Betawi-Tionghoa. Menurut beberapa sumber, nama "babanci" berasal dari perpaduan kata "babah" dan "enci," istilah Tionghoa yang merujuk pada sosok pria dan wanita dalam komunitas peranakan Betawi-Tionghoa yang konon menciptakan hidangan ini. 

Alternatif lain menyebutkan bahwa nama ini mengacu pada sifat hidangan yang "tidak jelas" karena tidak dapat dikategorikan sebagai gulai, kari, soto, atau opor, sehingga disebut "banci" dalam konteks jenaka khas Betawi. Hidangan ini biasanya disajikan pada acara besar seperti Lebaran Idulfitri, Iduladha, atau perayaan hari ulang tahun Jakarta, menandakan statusnya sebagai sajian istimewa yang hanya dihidangkan oleh kalangan tertentu, seperti tuan tanah atau mandor pada masa lalu.

Bahan dan Proses Pembuatan yang Unik

Keunikan Sayur Babanci terletak pada komposisi bahan dan rempahnya yang kompleks, dengan sekitar 21 jenis bahan yang digunakan. Bahan utama meliputi daging sapi (sering kali bagian kepala, lidah, atau cingur), kelapa muda, petai, dan serundeng yang ditumbuk halus sebagai taburan. Rempah-rempah seperti jahe, serai, kapulaga, bunga lawang, cabai merah besar, asam jawa, kemiri, lengkuas, terasi, kedaung, bontor, akar angin, lempuyang, dan temu mangga menciptakan kuah kuning kental yang menyerupai gulai, dengan perpaduan rasa pedas, asam, dan gurih. 

Kuahnya terdiri dari campuran santan, air kelapa, dan air bening yang digodok bersama, menghasilkan tekstur kental dan aroma khas. Namun, kelangkaan bahan seperti akar angin (yang menyerupai benalu dan digunakan dalam jamu) dan bontor (biji kecipir kering) menjadi tantangan utama, menyebabkan hidangan ini jarang ditemui.

Mengapa Sayur Babanci Hampir Punah?

Kelangkaan Sayur Babanci tidak hanya disebabkan oleh sulitnya menemukan bahan baku, tetapi juga karena proses pembuatannya yang rumit dan tidak diturunkan secara luas ke generasi muda. 

Menurut pengamat budaya Betawi, banyak generasi saat ini tidak mengetahui cara mengolah hidangan ini, dan persebarannya tidak merata, misalnya lebih dikenal di wilayah Betawi Tengah seperti Kemayoran dan Cempaka Putih. Selain itu, persaingan dengan kuliner modern yang lebih praktis membuat Sayur Babanci semakin terpinggirkan. 

Cita Rasa dan Penyajian

Sayur Babanci menawarkan pengalaman kuliner yang kaya dan kompleks. Kuahnya yang kental menggabungkan pedasnya cabai, asamnya asam jawa, dan gurihnya santan, diimbangi dengan aroma harum dari rempah seperti bunga lawang dan kapulaga. 

Daging sapi yang empuk, sering kali bagian kepala untuk tekstur yang khas, dipadukan dengan serutan kelapa muda dan serundeng, menambah dimensi rasa yang unik. Hidangan ini biasanya disajikan dengan ketupat atau lontong, kadang juga nasi, sebagai pelengkap. Kehadiran petai memberikan sentuhan pahit yang khas, membuat Sayur Babanci berbeda dari hidangan berkuah lain seperti soto Betawi atau lontong sayur. 

Popularitasnya di masa lalu, terutama pada hari raya, menunjukkan nilai budaya dan kelezatan yang sulit ditandingi, meski kini hanya ditemukan di acara-acara khusus atau warung tertentu di Jakarta.

Pelestarian Kuliner Betawi

Upaya pelestarian Sayur Babanci menghadapi tantangan besar karena ketergantungan pada rempah langka dan kurangnya regenerasi pengetahuan kuliner. Beberapa komunitas kuliner, seperti Jakarta Food Adventure, berupaya memperkenalkan kembali hidangan ini melalui acara seperti "Explore Kota Tua & The Taste of Dutch & Betawi Culinary" di Historia Food & Bar. 

Selain itu, festival kuliner tahunan di Jakarta, seperti yang diadakan di Condet, menjadi ajang untuk mempromosikan Sayur Babanci kepada generasi muda dan wisatawan. Bagi pecinta kuliner yang ingin mencoba, daerah seperti Cempaka Putih atau Kemayoran masih menjadi tempat terbaik untuk menemukan hidangan ini, terutama selama Ramadan atau Idulfitri, ketika penjual musiman muncul.